Hello gaiss gimana kabar kalian semua hari ini? mimin harap sih dalam keadaan yang terbaik tentunya. Karena hari ini mimin bakal ngasih tau kalian cara budidaya tanaman porang dari awal mulai pembibitan sampai akhir dan selesai. Penasaran kan? ikutin terus ya gaiss!!
Apa Sebenarnya Tanaman Porang Ini?
Porang atau yang juga dikenal dengan iles-iles merupakan tumbuhan umbi dari spesies Amorphophallus muelleri. Manfaat porang banyak digunakan untuk bahan baku tepung terigu, kosmetik, penjernihan air, serta untuk pembuatan lem dan “jelly” yang beberapa tahun belakangan ini banyak di ekspor ke Jepang. Umbi porang banyak mengandung glukomanan dalam bentuk tepung. Glukomanan merupakan serat larut air alami yang biasa digunakan sebagai bahan tambahan makanan sebagai pengemulsi dan pengental, bahkan dapat digunakan sebagai bahan perekat dan komponen pesawat yang ramah lingkungan, seperti dilansir situs resmi Kementerian Pertanian. Porang merupakan tanaman yang tahan naungan hingga 60%. Porang dapat tumbuh di semua jenis tanah pada ketinggian 0 hingga 700 mdpl. Padahal, sifat tanaman ini memungkinkannya untuk dibudidayakan di lahan hutan di bawah naungan tegakan tanaman lain. Untuk bibit biasanya digunakan dari potongan batang dan umbi yang sudah memiliki titik tumbuh atau umbi kodok (bubil) yang ditanam langsung.
Kegunaan Tanaman Porang
1. Bahan Campuran Untuk Industri
Bahan konjak bisa dijadikan campuran membuat kertas yang kuat dan tahan lama. Selain itu, porang juga dapat digunakan sebagai perekat untuk kertas, cat, kain katun dan wool, poles kain, dengan bahan yang lebih bagus dengan harga lebih murah.
2. Pengganti Gelatin
Tanaman porang memiliki serat tidak berwarna yang mudah larut dalam air, tidak berbau, dan memiliki konsistensi seperti agar-agar. Hal ini memungkinkan serat dari porang diolah, sehingga menjadi seperti agar-agar.
Baca juga : Cara Menanam Porang Dengan Mudah Serta Manfaat Porang
3. Isolator Listrik
Glukomanan dari tanaman porang yang berbentuk gel dapat menjadi pengganti gel silikon. Gel silikon sangat bagus untuk mencegah konduktansi listrik serta panas, menjadikannya substitusi yang sama hebatnya.
4. Buat Bahannya Tahan Air
Ketika dicampur dengan gliserin dan / atau natrium hidroksida, glukomanan bisa menjadi bahan tahan air.
5. Pengental Es Krim
Selain digunakan untuk bahan makanan Jepang, ada manfaat konjak lainnya di bidang kuliner. Kandungan konjak juga bisa digunakan sebagai sirup atau pengental gluten pada campuran es krim agar tidak cepat meleleh.
6. Lem Ramah Lingkungan
Tanaman yang mengandung Konjak menghasilkan gluten yang sangat baik. Selain bagus, lem yang dihasilkan juga ramah lingkungan.
7. Bahan Obat
Kandungan KGM yang terdapat pada tanaman porang ternyata bermanfaat bagi dunia kesehatan yaitu digunakan sebagai bahan kapsul untuk obat-obatan.
Sebagaimana dijelaskan pada poin pertama, terdapat kandungan lem alami pada tanaman porang yang digunakan untuk merekatkan kapsul obat.
Banyak juga ya kegunaannya? selain kegunaannya yang banyak, manfaat dan khasiat bagi tubuh kita juga ngga kalah banyak lohh, nih mimin jelasin di bawah.
Manfaat Dan Khasiat Tanaman Porang
1. Menurunkan Kadar Kolesterol
Sebuah penelitian yang melibatkan 22 penderita diabetes tipe 2 menunjukkan bahwa suplementasi konyaku glukomanan efektif menurunkan kadar kolesterol jahat (LDL) dan total darah. Dalam penelitian itu, pasien diberi 3,6 gram suplemen glukomanan konjak per hari. Dengan penurunan kadar kolesterol total dan kolesterol jahat dalam darah, maka risiko penyakit pembuluh darah seperti penyakit jantung dan stroke juga menurun. Hasil uji serupa juga terlihat pada uji konyaku glukomanan tanaman porang pada tikus lab. Tikus yang diberi diet tinggi serat pati porang, kadar kolesterolnya juga menurun.
2. Menurunkan Kadar Gula Darah
Studi tahun 2001 menunjukkan bahwa glukomanan memiliki manfaat untuk mengurangi faktor risiko diabetes, kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi, dan resistensi insulin. Glukomanan dapat meningkatkan laju penyerapan nutrisi di usus halus. Dengan demikian, sensitivitas insulin juga meningkat. Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa konsumsi suplemen kaya serat seperti tanaman porang pada tikus dapat mencegah pembentukan plak di pembuluh darah akibat penumpukan kolesterol. Selain itu, kandungan glikemik objek penelitian dapat menurun secara bertahap setelah rutin sarapan pagi dengan biskuit glukomanan. Hasilnya, kadar gula darah lebih terkontrol.
1) Pembukaan Lahan Tanaman Porang
Tahap pertama dalam budidaya tanaman porang secara intensif adalah kegiatan membersihkan lahan dari rerumputan yang tumbuh di lahan. Tujuan dari kegiatan pembersihan ini adalah agar tanah bersih dari rerumputan yang tumbuh di atas tanah sehingga dapat ditanami bibit tanaman porang.
Sebelum kita melakukan kegiatan pembersihan lahan dari rumput, kita harus memperhatikan waktu penanaman bibit tanaman porang. Misalnya bibit tanaman porang hanya bisa ditanam pada musim hujan, sehingga pembukaan lahan dilakukan pada musim hujan. Pembukaan lahan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
-
Pembersihan Manual.
Pembersihan manual adalah kegiatan membersihkan rumput dengan menggunakan alat dan tenaga seperti mencabut rumput dengan tangan, membersihkan rumput menggunakan sabit, dan sebagainya. Proses pembersihan rumput secara manual harus dilakukan hingga akar rumput mati atau tercabut. Setelah itu rerumputan dikumpulkan bersama dan ditanam di dalam tanah agar rerumputan tersebut membusuk dan menjadi pupuk bagi tanaman porang untuk ditanam di lahan tersebut.
-
Membersihkan dengan bahan kimia atau herbisida.
Membersihkan dengan bahan kimia atau obat-obatan yaitu membersihkan rumput di darat dengan obat atau bahan kimia. Pembersihan dengan obat-obatan atau bahan kimia dilakukan dengan cara menyemprot rumput dengan bahan kimia sistemik agar rumput yang mati mencapai akar sehingga menjadi gembur. Jenis herbisida sistemik misalnya herbisida Supremo, Ben UP, Round UP, dll. Setelah itu tunggu sampai rumput mengering dan mati. Rerumputan yang mati dan kering dikumpulkan bersama dan dikubur di dalam tanah sehingga rerumputan tersebut membusuk dan menjadi pupuk tambahan bagi tanaman porang yang akan ditanam di lapangan. Dalam budidaya tanaman porang secara intensif sebaiknya memilih obat yang mengandung bahan kimia yang berlebihan yaitu bashing sampai akarnya mati. Menurut keterangan Subini (komunikasi personal, 2014), obat merek rondap merupakan salah satu obat yang mengandung bahan kimia yang dibutuhkan untuk budidaya tanaman porang secara intensif. Sehingga pembaca dapat memahami ilustrasi kegiatan pembukaan lahan.
2) Penanaman Tanaman Porang
Tahap kedua adalah penanaman bibit tanaman porang. Kegiatan penanaman harus memperhatikan beberapa faktor secara bertahap. Faktor-faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a) Waktu Tanam
Bibit tanaman memiliki waktu tanam yang berbeda satu sama lain. Bibit tanaman dari umbi-umbian dan bubil dengan diameter 2,5 cm sebaiknya ditanam langsung pada musim kemarau dan tidak perlu disemai terlebih dahulu. Di samping itu,
Bibit, petik, bubil kecil, stek daun dan stek umbi tidak bisa langsung ditanam ke dalam lahan dan memerlukan proses persemaian serta menunggu waktu yang tepat untuk menanam bibit tanaman tersebut ke dalam lahan. Waktu awal musim hujan adalah waktu yang cocok untuk penanaman akar muda, bibit, stek daun dan stek umbi setelah tanam (Suwarmoto, 2004). Oleh karena itu pembudidayaan tanaman porang secara intensif harus dilakukan dengan cara menanam bibit tanaman yang sejenis, ukuran dan waktunya sesuai bibit tanaman.
b) Metode Penanaman
Cara menanam umbi dilakukan dengan memutar pucuk pada umbi atau tidak membalik tanaman porang. Menurut Suwarmoto (2004), tunas umbi yang dibalik tidak dibalik sehingga menghasilkan bobot umbi yang sama pada tanaman ilesiles.
Menurut Subini 5) (Komunikasi pribadi, 2014) bubil ditanam di tanah dengan cara dimata-matai, bukan dibalik agar tanaman porang dapat tumbuh.
Menurut Suwarmoto (2004), cara menanam bibit, stek daun dan stek umbi harus disemai terlebih dahulu agar terbentuk tanaman porang yang siap dipindahkan ke lahan. Tanaman porang dari biji, stek daun dan stek umbi yang sudah siap ditanam di lahan biasa disebut tanaman porang petik. Ekstraksi tanaman porang dilakukan dengan cara menanam akar utuh ke dalam lubang tanaman kemudian lubang tersebut ditutup dengan tanah. Tanaman tanaman porang harus memperhatikan keutuhan akarnya dalam memindahkan dan menanamnya ke tanah.
c) Lubang Atau Kedalaman Tanah
Setelah kita mengetahui waktu tanam dan cara menanamnya sesuai dengan bibit tanaman, selanjutnya kita buat lubang atau kedalaman tanah untuk bibit tanaman yang akan ditanam. Lubang atau kedalaman tersebut belum ditemukan dalam berbagai kutipan atau referensi. Menurut informasi wawancara penulis dengan petani tanaman porang di Saradan, Madiun Jawa Timur pada tanggal 29 Januari 2014, untuk mendapatkan lubang atau kedalaman tanah yang baik sesuai dengan ukuran bubil dan umbi yang digunakan untuk tanaman porang. Selain itu, tanaman porang dari biji, stek daun dan stek umbi ditanam di lahan dengan kedalaman tanah yang menutupi akar. Sehingga pembaca dapat memahami dengan jelas tentang bahan tanam tanaman dari umbi-umbian dan tanaman porang tumbang
d) Jarak
Jarak tanam merupakan tahapan akhir dalam kegiatan penanaman setelah waktu tanam, lubang tanam dan cara tanam terpenuhi. Jarak tanam adalah jarak antara satu lubang tanaman dengan tanaman lainnya. Dalam budidaya tanaman porang secara intensif, jarak tanam harus diatur agar kegiatan dapat berjalan efektif dan efisien. Jansen dkk. (1996) menyatakan bahwa jarak tanam tanaman porang bergantung pada benih tanaman. Selanjutnya bubil menggunakan jarak tanam optimum 35-70cm dan jarak tanam optimum 35-90cm. Sedangkan literatur tentang bibit, daun dan stek umbi belum ditemukan mengenai jarak tanam yang ideal di lapangan. Selain itu, informasi wawancara penulis dengan petani tanaman porang di Saradan, Madiun Jawa Timur pada tanggal 29 Januari 2014, untuk bibit tanaman dari biji, stek daun dan stek umbi tidak digunakan dalam penanaman di lahan dan cenderung dibuang. jauh karena membutuhkan waktu lebih lama untuk tumbuh dibanding bibit tanaman porang dari bubil atau umbi-umbian. Oleh karena itu di lapangan tidak ditemukan jarak tanam yang ideal untuk benih, stek daun dan stek umbi. Dengan kondisi tanaman porang yang menghasilkan katak atau bubil maka budidaya tanaman porang secara intensif dapat menggunakan jarak tanam awal yang dapat diubah dan tidak diubah.
-
Fungsi Pengubahan Jarak
Pengubahan jarak tanam awal dimaksudkan agar kegiatan budidaya dapat berjalan lebih efektif. Jarak antar tanaman dalam budidaya tanaman porang secara intensif dibedakan menjadi 2 kelompok. Pembaca dapat memilih salah satu dari dua kelompok spasi ini. Selanjutnya secara lebih jelas tentang kedua kelompok jarak tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1. Jarak awal diperlebar dari jarak optimal.
Jarak tanam awal diperlebar menjadi dua atau tiga kali jarak tanam optimal. Misalnya untuk jarak tanam awal, bubil diubah menjadi 70-140 cm atau umbi dengan jarak awal 70-180 cm. Perubahan jarak tanam awal dimaksudkan untuk penanaman bubil tumbang dengan ukuran tanaman porang terbesar pada musim dorman pertama. Bubil berukuran besar pertama kali ditanam berdampingan dengan tanaman porang dengan jarak tanam porang optimum. bubil kecil atau bubil yang tersisa diambil dan tidak ditanam di lahan.
Fungsi perubahan jarak tanam awal tanaman porang adalah agar regenerasi tanaman porang tetap terjaga dan setelah tiga tahun akan melakukan kegiatan panen setiap tahunnya. Selain itu umbi atau bubil digunakan untuk pertama kalinya dan tidak membutuhkan biaya yang banyak untuk membeli umbi dan bubil. Di sisi lain, perubahan jarak tanam awal mengakibatkan panen pertama tanaman porang tidak sebanyak umbi dengan jarak tanam awal tidak berubah.
2. Jarak Awal Sesuai Dengan Jarak Optimal.
Jarak tanam awal yang sesuai dengan jarak optimum tanaman porang menghasilkan semua bubil yang jatuh pada musim dorman dan tidak ditanam pada saat panen umbi. Selain itu, panen pertama lebih besar dari perubahan jarak tanam awal. Di sisi lain, jarak tanam yang tidak berubah mengakibatkan regenerasi mandek, hanya sekali panen, dan biaya yang lebih tinggi untuk membeli umbi-umbian dan bubil untuk ditanam pertama kali.
3) Penyiangan Tanaman Porang
Tahap ketiga adalah kegiatan penyiangan yang dilakukan setelah tanaman porang hidup di lahan hingga tanaman porang siap dipanen. Rerumputan dapat mengganggu pertumbuhan tanaman porang sehingga umbi yang dihasilkan akan berkurang atau tidak akan menghasilkan umbi. Selain itu, rumput selalu dapat tumbuh kembali setelah dilakukan penyiangan dan rumput tumbuh dalam dua periode kehidupan dan masa dormansi. Oleh karena itu, kegiatan penyiangan selalu dilakukan secara rutin jika rumput dapat tumbuh disekitar tanaman porang. Kegiatan penyiangan dapat dilakukan dengan cara seperti kegiatan pembukaan lahan. Kegiatan penyiangan secara manual dan kimiawi harus mematikan rumput sampai ke akar-akarnya, kemudian rumput yang mati dan busuk diletakkan di tepi setiap tanaman porang. Alasan peletakan rumput adalah agar tanaman porang mendapat tambahan pupuk dari rumput yang membusuk. Menurut Pak Subini (komunikasi personal, 2014) mengatakan bahwa penyulingan manual dapat dilakukan dengan waktu yang tidak diatur, sedangkan penyiangan kimia harus memperhatikan waktu. Penyiangan kimiawi pada saat porang melalui siklus vegetatif dapat mematikan tanaman porang. Oleh karena itu budidaya tanaman porang secara intensif dalam melakukan kegiatan penyiangan dapat memadukan penyiangan manual dan penyiangan kimia dengan waktu yang sesuai. Selain itu, penyiangan secara manual lebih baik dilakukan tanpa menimbulkan efek samping pada tanaman porang.
4). Pemupukan Tanaman Porang
Tahap keempat adalah kegiatan pemupukan yang dilakukan pada saat tanaman porang hanya mengalami siklus vegetatif. Kegiatan pemupukan dilakukan hingga tanaman porang siap panen. Menurut Suwarmoto (2004), tanaman porang yang siap dipanen harus mengalami tiga siklus vegetatif. Oleh karena itu, budidaya tanaman porang secara intensif menggunakan kegiatan pemupukan sebanyak tiga kali saat tanaman porang mengalami siklus vegetatif. Kegiatan pemupukan sebaiknya dilakukan setelah penyiangan manual atau kimiawi. Sehingga pupuk dapat digunakan oleh tanaman porang secara keseluruhan dan tidak bersaing dengan rumput dalam mendapatkan pupuk untuk pertumbuhannya. Kegiatan pemupukan menjadi penting karena pemupukan memiliki peran penting dalam meningkatkan hasil umbi. Selain itu, beberapa penelitian (Deptan, 1991; Sufiani, 1993; Kurniawan, 2012) untuk meningkatkan hasil umbi tanaman porang membutuhkan pupuk. Kegiatan pemupukan dalam budidaya intensif harus memperhatikan takaran atau ukuran pupuk yang diberikan pada tanaman porang. Dosis pupuk juga tergantung dari jenis pupuk yang digunakan. Secara rinci mengenai jenis pupuk sesuai dengan dosis dapat dipilih salah satu dan dijelaskan sebagai berikut;
1) Pupuk organik
Penelitian Kurniawan (2012) menunjukkan bahwa pupuk dengan dosis 200 gram per satuan luas 0,001 ha merupakan dosis yang efektif dan terbaik untuk meningkatkan bobot umbi tanaman porang. Jika menggunakan pupuk kandang, maka harus menggunakan takaran 200 gram atau dengan kata lain 2 ton per 1 ha.
2) Pupuk anorganik
Untuk menghasilkan tanaman porang dengan hasil umbi terbaik, takaran pupuk anorganik yang digunakan meliputi pupuk urea dengan dosis 300 kg dicampur dengan pupuk Ponska dengan dosis 300 kg per satuan luas 1 ha.
3) Campuran pupuk organik dan anorganik
Campuran pupuk organik dan anorganik dapat menghasilkan umbi terbaik dari tanaman porang, sehingga campuran pupuk yang digunakan per hektar meliputi pupuk dengan unsur N dengan dosis 40 kg N, pupuk dengan unsur P2O5 dengan dosis 40 kg dan pupuk dengan K2O unsur hara dengan dosis 80 kg (Sufiani, 1993), ditambah pupuk kandang dengan dosis 5 ton (Deptan, 1991; Kriswidarti, 1980; Lingga et al. 1989 dalam Sumarwoto, 2004). Kegiatan pemupukan dilakukan dengan cara meletakkan pupuk disekitar tanaman porang dengan ukuran yang telah dipilih sesuai jenis pupuk dan takaran takarannya. Dosis takaran per jenis pupuk yang sudah dijelaskan mengharuskan kita menggunakan penghitungan pupuk per tanaman porang di lahan karena ukuran dan takaran yang digunakan dalam satuan per ha.
Jenis pupuk dengan takaran dosis yang diberikan tidak bergantung pada jumlah tanaman porang di lahan yang berubah atau tidak ada perubahan jarak tanam awal. Jumlah tanaman porang dengan jarak tanam awal tidak berubah dan sesuai jarak optimum tanaman porang didapatkan ukuran dosis dan jenis pupuk sesuai dengan ukuran jenis dan dosis pupuk untuk tanaman porang per satuan Ha. Tanaman porang dengan jarak tanam awal diubah sehingga jumlah tanaman porang di lahan lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah tanaman porang dengan jarak tanam awal tanpa diubah. Jumlah tanaman porang lebih sedikit pada jarak tanam awal, namun jenis pupuk dengan dosis yang diberikan per tanaman porang lebih banyak karena digunakan untuk meregenerasi tanaman porang dengan bubil pada tahun berikutnya. Jenis pupuk dengan dosis melebihi atau tidak sesuai ukurannya digunakan untuk membesarkan dan memperbanyak bubil pada tanaman porang.
5) Pendangiran Tanaman Porang
Kegiatan kelima adalah kegiatan pendangiran dengan cara membalik dan menumpuk tanah di sekitar tanaman porang. Tujuan dari kegiatan pendangiran adalah mengendurkan tanah di sekitar tanaman dalam upaya memperbaiki sifat fisik tanah (aerase tanah) dan memacu pertumbuhan tanaman porang. Jika pertumbuhan tanaman porang dipercepat maka umbi yang dihasilkan akan semakin berat.
Kegiatan pendangiran dilakukan setelah dilakukan kegiatan pemupukan pada tanaman porang. Proses kegiatan pendangiran yang dilakukan setelah kegiatan pemupukan bertujuan untuk menutup tanaman porang dengan tanah hasil kegiatan pendangiran. Pupuk yang ditutup dengan tanah menyebabkan pupuk terserap oleh tanaman porang dan tidak terkikis oleh angin atau gangguan lainnya. Kegiatan pendangiran pada tanaman porang harus dilakukan dengan hati-hati agar akar tanaman porang tidak terganggu dan mati. Akar tanaman porang yang terganggu akan menyebabkan kematian tanaman porang dan pada akhirnya umbinya tidak berproduksi. Misalnya, jika akar tanaman terkena cangkul saat tanah dibalik dalam proses pendangiran, maka akar tersebut akan terganggu dan mati. Kegiatan pendangiran dilakukan pada tanaman porang yang mengalami masa vegetatif. Hal tersebut membuat aktivitas pendangiran dalam budidaya tanaman porang dilakukan secara rutin selama tanaman porang mengalami masa vegetatif pertama hingga siap panen.
6) Pemanenan Tanaman Porang
Kegiatan terakhir adalah pemanenan dengan mengambil umbi-umbian hasil tanaman porang pada musim kemarau. Penelitian Suwarmoto (2004) menyebutkan bahwa waktu panen yang tepat adalah setelah tanaman mengalami masa pertumbuhan vegetatif minimal tiga kali dan masa istirahat (dorman) dua kali (24 bulan). Selanjutnya masa vegetatif tanaman porang yang siap panen ditandai dengan batang atau tangkai daun yang terkulai disertai daun berwarna kuning.
Umbi yang dihasilkan lebih baik dan optimal setelah tanaman porang berumur 3 tahun. Oleh karena itu kegiatan panen dalam budidaya tanaman porang gencar dilakukan setelah 3 tahun menanam tanaman porang. Kegiatan pemanenan juga dilakukan pada saat musim kemarau atau tanaman porang mengalami masa dorman. Lalu setelah dipanen dapat juga segera diolah menjadi berbagai olahan tentunya dengan menggunakan mesin porang yang telah populer digunakan dalam para pengolah tanaman porang ini.